English Subject

Dulu waktu PPL suka ditanya sama murid, “Kenapa sih bapak jago bahasa inggris?” “Kenapa milih jurusan bahasa inggris?”

Kalau dipikir-pikir kadang ngerasa bagaimana gituh, ada rasa gak yakin kenapa dulu saya memilih jurusan bahasa inggris. Saya bakalan jawab dengan cerita yang menyedihkan tetapi malah membuat mereka bengong, entah tidak mengerti atau apa.

Tapi sekarang saya ingin bercerita tentang awal-awal sebelum menentukan untuk memilih jurusan bahasa inggris. Sebenarnya saya tidak begitu jago bahasa inggris. Dulu waktu SMP kelas VII(penyebutannya memang VII karena mengikuti sistem meneruskan jenjang jadi tidak menggunakan SMP kelas 1 tapi kelas VII). Waktu itu saya duduk di kelas VII D, dan sengaja memilih duduk di depan guru karena kebiasaan dari SD untuk duduk di depan guru. Jadi menurut ibu saya kalau duduk di depan guru memungkinkan saya untuk lebih berkonsentrasi dalam belajar, ibu beranggapan kalau yang duduk di belakang akan lebih sering mengobrol, dan kemungkinan mendengar apa yang dikatakan guru di depan kelas dengan jelas lebih sedikit.

Waktu itu terdapat ujian tengah semester atau biasa disebut MID semester. Kala itu tengah mengerjakan soal bahasa inggris yang buat saya lumayan sulit. Namun kebiasaan saya membaca buku-buku milik kakak waktu SMP dulu yang ternyata tidak terlalu jauh materinya sehingga saya dapat mengerjakan soal cukup cepat. Dan ketika pengumuman nilai, ternyata saya memperoleh nilai sempurna. Saya sendiri tidak faham kenapa saya bisa dapat nilai seperti itu. Saya pun mendapatkan hadiah berupa buku tulis baru. Saya sangat senang mendapatkan hadiah itu. Dan mulai saat itu teman-teman saya menganggap saya cukup punya keahlian di situ. Mereka suka mencontek dan bertanya tentang materi. Kadang saat ujian pun mereka bertanya jawaban. Kadang ketika saya tidak memberikan jawaban maka mereka bilang saya terlalu egois dan pelit ilmu. Jujur sejak SD memang kejadian itu dianggap hal yang biasa terjadi. Yah mungkin itu yang disebut teman.

Setelah naik ke kelas VIII D saya bertemu dengan teman yang bernama Ari Muji Raharjo yang kadang menyebalkan dan kadang lucu juga. Saya pun mempunyai guru bahasa inggris yang  berbeda namanya pa Nurrudin, dia baik dan penyabar ketika mengajar sehingga membuat beliau kadang kerepotan ketika memeriksa jawaban karena murid-murid berdiri di sekeliling beliau sambil berteriak meminta bukunya untuk segera diperiksa. Terkadang saya juga merasa tidak enak melihat beliau diperlakukan seperti itu.

Ketika mata pelajaran beliau, saya dibiasakan untuk belajar membuat kamus sendiri. Jadi beliau akan menuliskan kata-kata yang sulit dimengerti untuk dihafalkan. Beliau menyebutnya “Vocabulary Building” dari situ saya mendapatkan banyak kata-kata baru yang saya belum tahu. Bahkan saya sengaja membuatnya berhalaman-halaman untuk memudahkan saya yang tidak mempunyai kamus, namun sekalipun kakak saya membelikan kamus bahasa inggris ternyata lebih mudah mencarinya di kamus yang saya buat itu.

Saat naik ke kelas IX, ternyata guru bahasa inggrisnya ternyata berbeda. Kadang rindu dengan metode yang diberikan pa Nurrudin saat di kelas VIII. Kemudian waktu itu saya kenal dengan Mrs.Ety(dibaca Eci). Yang metode mengajarnya menggunakan media audio-visual. Metode itu sangat mudah dimengerti karena lebih menarik.

Setelah masuk ke sekolah baru di jenjang SMA, saya ternyata menemukan banyak sekali siswa yang pintar di sana. Saya kemudian berkenalan dengan beberapa murid yang menurut saya jago di mata pelajaran tertentu. Ali dan Ridho, keduanya memang sudah saling kenal karena mereka dulu belajar di SMP yang sama. Kelucuan kelucuan yang mereka buat membuat kami semakin akrab. Hingga suatu saat saya baru sadar tentang teman Ali yang bernama Moh. Tegar Affandi, dia terlihat begitu serius dan pendiam yang membuat saya sedikit takut juga. Namun selang beberapa lama kami menjadi semakin akrab bahkan melebihi Ali dan juga Ridho. Saya menemukan kesamaan diantara kami yaitu sama-sama suka dengan pelajaran bahasa inggris. Saya sering bertanya tentang materi jika saya sulit mengerti materi yang diberikan oleh guru. Karena guru waktu itu cukup membosankan juga. Beliau lebih sering meminta murid-muridnya untuk mentranslete bacaan yang mebuat saya merasa bosan. Metode beliau memang cukup sulit juga dikarenakan kamus yang saya miliki terkadang tidak ditemukan kata yang dimaksud dalam teks. Dan terkadang juga arti yang dijelaskan oleh beliau tidak nyambung dengan maksud teks sehingga terdengar ambigu. Namun ternyata cukup membekas dalam hati dikarenakan metode beliau dapat menambah daya percaya diri siswanya untuk menemukan sendiri kata yang tepat untuk teks tersebut.

Dulu juga di sekolah saya terdapat Ektrakurikuler yang membahas tentang bahasa inggris. Saya pun kemudian ikut bergabung dengan EFT(English First Time) yang dipandu oleh kakak kelas kami. Waktu itu saya mengikuti banyak Ektrakurikuler di sekolah yang membuat saya sedikit sulit mengatur jadwal yang kadang bentrok dengan Ektrakurikuler lain seperti PMR, DKM, Pencak Silat Merpati Putih, HISMA(Himpunan Siswa Pnggemar Matematika) karena saya lemah dalam mata pelajaran Matematika. Memang di dalamnya saya menemukan tekhnik-tekhnik berhitung yang membuat saya lebih cepat mengerjakan soal tapi kalau tidak dipraktekan secara mendalam memang sulit. Ada yang membuat alat peraga untuk mata pelajaran Matematika.

Di Ektrakurikuler EFT juga ternyata ada teman saya waktu di kelas X-2 yaitu Moh. Tegar Affandi, dan juga ada temannya yang mirip dengan Adul artis lawak di televisi Adam Anwariadi(thanks gar udah kasih tau), namun dia sudah meninggal karena penyakit kangker otak yang menyerangnya. Dulu saya tidak begitu suka dengannya karena sikapnya yang sok. Tapi sekarang saya menyesal juga bersikap seperti itu. Karena dia mungkin itu seperti Naruto yang berbuat onar untuk menarik perhatian orang dan berteman. Dulu saya ingat kejadian dimana saya, Tegar dan dia berjalan pulang. Waktu itu ada bola basket yang sudah tidak ada anginnya, kemudian saya menendang bola basket itu dan tidak sengaja mengenai kepalanya. Saya benar-benar merasa bersalah jika mengingat kejadian itu. Saya tidak mengira tendangan saya mengenainya.

Saya pun berkenalan dengan beberapa teman lain seperti Ani Qurotul’aini, dan kakak kelas yang sangat ramah. Mereka juga mengikuti beberapa Ektrakurikuler berbeda sepertiku, sehingga banyak diantaranya yang dapat dengan mudah saya kenal. Seperti Irwan Aprianto, Cholis Majid, Kindi Pahlawan, Munawir dan lainnya. Ada juga pembimbing wanita yang mengajar di beberapa Ektrakurikuler lain. Guru pembimbing di Ektrakurikuler EFT yaitu pa Bambang S. Metode yang beliau gunakan sangat berfariasi dan juga menyenangkan. Beliau juga mau mendengarkan jika ada yang bertanya di luar mata pelajaran di kelas.

Guru bahasa inggris kelas XI kami yaitu pa Silmun Arif. Beliau sangat baik dan juga humoris yang membuat pelajarannya semakin menyenangkan. Saya pun semakin menyukai pelajaran bahasa inggris dan mempunyai cita-cita untuk bisa mengajar bahasa inggris dengan caraku. Untuk itulah saya memilih jurusan bahasa inggris dalam menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar